Stand Acheh. INACRAFT 2008, Jakarta International Handicraft Trade Fair
10.54 Edit This 0 Comments »
Sulitnya mendapatkan promosi dan pemasaran hasil kerajinan tangan di Aceh banyak pengrajin di Aceh Besar menjadikan usaha kerajinan tangan hanya sebatas pekerjaan sambilan. Padahal income keluarga dari kerajinan tangan cukup lumanya besar. “Karena sulit memasarkan makanya warga malas menjadikan rutinitas dalam membuat kerajinan tangan,” kata Bupati Aceh Besar, Bukhari Daud Pada acara peresmian Gedung Workhsop Sentra industri di Samahani, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar, Selasa (29/4).
Menurut Bukhari, di Aceh Besar banyak warga yang memilih pergi ke sawah karena lebih mudah memasarkan hasil panennya, dan warga kurang yakin dengan hasil kerajinan tangannya bisa dipasarkan hingga keluar negeri. “Di Aceh Besar ini sedikitnya ada 1500 pengrajin tapi karena kurang mendapatkan management dan promosi mereka sulit berkembang," jelasnya.
Bupati berharap warga yang mampu menghasilkan kerajinan tangan tidak harus merasa binggung lagi karena dengan adanya Workshop Sentral Industri di Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar ini akan membantu mengembangkan usaha mereka. "Apa yang kita resmikan hari ini adalah sumber kehidupan melalui kerajinan tangan, dan tas hasil karya warga ini adalah hasil yang akan kita kirim ke Alabama America nantinya," imbuhnya.
Sementara ketua Promosi dan Pemasaran Sentra Kerajinan Kota Malaka, Hamdan, mengatakan untuk tahap pertama akan mengirimkan 3.500 tas bordir senilai 410 juta ke Amerika atas permintaan anggota jaringan kelompok usaha pemasaran produk Handi craft dari seluruh dunia. “Barang ini akan kita kirim melalui udara, dan nantinya kita juga akan memasarkan ke singapore dan jepang, ini semua hasil desain 35 orang yang dikerjakan 320 pengrajin di Aceh Besar,” ungkapnya.
Sementara Deputi Ekonomi dan usaha BRR Aceh– Nias, Said Faisal yang hadir pada peresmian gedung tersebut meresa kagum dengan hasil kerajinan tangan yang dihasilkan masyarakat Aceh Besar, dan harus dikembangkan sehingga bisa dipasarkan sampai ke luar negeri. “Ini sebagai contoh kemajuan dan kita berharap bisa di turuti oleh warga lain karena ini bisa menambahkan pendapatan ekonomi keluarga yang besar juga,” sebutnya.
Faisal menjelaskan untuk pembangunan gedung dan peralatan kantor ini serta bahan baku yang akan dipergunakan pengrajin, BRR membantu Rp 3,83 milyar rupiah. “Kita berharap ini mampu berkembang secara maksimal, karena banyak tenaga kerja yang tertampung di sini,” kata dia. [jamal]
---------
Perajin Aceh Besar Ekspor Tas ke Amerika Serikat
Banda Aceh, (Analisa)
Sebanyak 3.500 unit tas bordir khas Aceh yang diproduksi para perajin di Aceh Besar, diekspor ke Alabama Amerika Serikat, Kamis (29/4).
Ini merupakan ekspor perdana produk kerajinan perajin yang tergabung dalam Kelompok Usaha Sentra Kerajinan Usaha Kecil Samahani Aceh Besar.
Tas bordir khas Aceh itu dipesan oleh John Jack, anggota jaringan kelompok usaha pemasar produk handycraft dari seluruh dunia. Tas diekspor menggunakan jasa pengiriman internasional melalui Bandara Polonia Medan.
Produk perdana yang diluncurkan ini berupa tas bordiran bermotif Aceh yang didesain dan dibuat oleh 200 perajin (beneficieries) penerima bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias.
Mereka berasal dari beberapa gampong dalam lima Kecamatan di Aceh Besar, yang letaknya berdekatan dengan Gedung Workshop Sentra Kerajinan di Samahani Kecamatan Kuta Malaka.
Produk perdana yang diluncurkan ini merupakan hasil kerjasama yang erat antara BRR-Kedeputian Bidang Ekonomi dan Usaha, Pemkab Aceh Besar, Dekranas Aceh Besar, pengelola dan masyarakat penerima manfaat yang terlibat langsung dalam kegiatan bordiran di Sentra Industri Kecil.
Deputi Bidang Ekonomi dan Usaha BRR, Said Faisal mengatakan, tanpa kerjasama yang baik dengan semua pihak program pengembangan ekonomi rakyat ini tidak akan terlaksana maksimal.
Menurut Said Faisal, BRR berkomitmen untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Aceh. Pada awal-awal kehadirannya, BRR membantu merehabilitasi tambak, ladang dan persawahan yang hancur akibat tsunami. Di tahun akhir berada di Aceh, BRR akan memfokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Sangat Gembira
Ia menyatakan sangat gembira dengan perkembangan sentra kerajinan yang dikelola pengrajin Aceh Besar ini.
“Saya sangat gembira melihat hasil yang lebih cepat dari yang dibayangkan sebelumnya. Sentra kerajinan ini berhasil dalam waktu singkat dan tepat,” katanya.
Kegiatan sentra industri kecil yang berlokasi di Aceh Besar ini melibatkan sekitar 700 orang yang mempunyai minat untuk mengembangkan kerajinan bordir di Aceh.
Dengan terjalinnya kerjasama dengan importir asal Amerika ini, maka masalah pemasaran sudah mulai terbuka. “Ke depan, kita harapkan dapat menembus pasar Eropa atau Australia,” ujar Said Faisal.
Sedangkan untuk Asia, kesepakatan pemesanan bordir Aceh sudah dilakukan oleh Malaysia. Namun, jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Sementara Bupati Aceh Besar, Bukhari Daud berpesan agar pengrajin bordir khas Aceh ini menjaga kualitas dan standarisasi produk.
Dikatakan, selama ini produk kerajinan Aceh tidak berkembang karena kurangnya promosi dan pengelolaan (manajemen), padahal, produk kerajinan khas Aceh punya prospek yang bagus dan mampu bersaing di pasar garmen. (mhd/irn)
Menurut Bukhari, di Aceh Besar banyak warga yang memilih pergi ke sawah karena lebih mudah memasarkan hasil panennya, dan warga kurang yakin dengan hasil kerajinan tangannya bisa dipasarkan hingga keluar negeri. “Di Aceh Besar ini sedikitnya ada 1500 pengrajin tapi karena kurang mendapatkan management dan promosi mereka sulit berkembang," jelasnya.
Bupati berharap warga yang mampu menghasilkan kerajinan tangan tidak harus merasa binggung lagi karena dengan adanya Workshop Sentral Industri di Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar ini akan membantu mengembangkan usaha mereka. "Apa yang kita resmikan hari ini adalah sumber kehidupan melalui kerajinan tangan, dan tas hasil karya warga ini adalah hasil yang akan kita kirim ke Alabama America nantinya," imbuhnya.
Sementara ketua Promosi dan Pemasaran Sentra Kerajinan Kota Malaka, Hamdan, mengatakan untuk tahap pertama akan mengirimkan 3.500 tas bordir senilai 410 juta ke Amerika atas permintaan anggota jaringan kelompok usaha pemasaran produk Handi craft dari seluruh dunia. “Barang ini akan kita kirim melalui udara, dan nantinya kita juga akan memasarkan ke singapore dan jepang, ini semua hasil desain 35 orang yang dikerjakan 320 pengrajin di Aceh Besar,” ungkapnya.
Sementara Deputi Ekonomi dan usaha BRR Aceh– Nias, Said Faisal yang hadir pada peresmian gedung tersebut meresa kagum dengan hasil kerajinan tangan yang dihasilkan masyarakat Aceh Besar, dan harus dikembangkan sehingga bisa dipasarkan sampai ke luar negeri. “Ini sebagai contoh kemajuan dan kita berharap bisa di turuti oleh warga lain karena ini bisa menambahkan pendapatan ekonomi keluarga yang besar juga,” sebutnya.
Faisal menjelaskan untuk pembangunan gedung dan peralatan kantor ini serta bahan baku yang akan dipergunakan pengrajin, BRR membantu Rp 3,83 milyar rupiah. “Kita berharap ini mampu berkembang secara maksimal, karena banyak tenaga kerja yang tertampung di sini,” kata dia. [jamal]
---------
Perajin Aceh Besar Ekspor Tas ke Amerika Serikat
Banda Aceh, (Analisa)
Sebanyak 3.500 unit tas bordir khas Aceh yang diproduksi para perajin di Aceh Besar, diekspor ke Alabama Amerika Serikat, Kamis (29/4).
Ini merupakan ekspor perdana produk kerajinan perajin yang tergabung dalam Kelompok Usaha Sentra Kerajinan Usaha Kecil Samahani Aceh Besar.
Tas bordir khas Aceh itu dipesan oleh John Jack, anggota jaringan kelompok usaha pemasar produk handycraft dari seluruh dunia. Tas diekspor menggunakan jasa pengiriman internasional melalui Bandara Polonia Medan.
Produk perdana yang diluncurkan ini berupa tas bordiran bermotif Aceh yang didesain dan dibuat oleh 200 perajin (beneficieries) penerima bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias.
Mereka berasal dari beberapa gampong dalam lima Kecamatan di Aceh Besar, yang letaknya berdekatan dengan Gedung Workshop Sentra Kerajinan di Samahani Kecamatan Kuta Malaka.
Produk perdana yang diluncurkan ini merupakan hasil kerjasama yang erat antara BRR-Kedeputian Bidang Ekonomi dan Usaha, Pemkab Aceh Besar, Dekranas Aceh Besar, pengelola dan masyarakat penerima manfaat yang terlibat langsung dalam kegiatan bordiran di Sentra Industri Kecil.
Deputi Bidang Ekonomi dan Usaha BRR, Said Faisal mengatakan, tanpa kerjasama yang baik dengan semua pihak program pengembangan ekonomi rakyat ini tidak akan terlaksana maksimal.
Menurut Said Faisal, BRR berkomitmen untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Aceh. Pada awal-awal kehadirannya, BRR membantu merehabilitasi tambak, ladang dan persawahan yang hancur akibat tsunami. Di tahun akhir berada di Aceh, BRR akan memfokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Sangat Gembira
Ia menyatakan sangat gembira dengan perkembangan sentra kerajinan yang dikelola pengrajin Aceh Besar ini.
“Saya sangat gembira melihat hasil yang lebih cepat dari yang dibayangkan sebelumnya. Sentra kerajinan ini berhasil dalam waktu singkat dan tepat,” katanya.
Kegiatan sentra industri kecil yang berlokasi di Aceh Besar ini melibatkan sekitar 700 orang yang mempunyai minat untuk mengembangkan kerajinan bordir di Aceh.
Dengan terjalinnya kerjasama dengan importir asal Amerika ini, maka masalah pemasaran sudah mulai terbuka. “Ke depan, kita harapkan dapat menembus pasar Eropa atau Australia,” ujar Said Faisal.
Sedangkan untuk Asia, kesepakatan pemesanan bordir Aceh sudah dilakukan oleh Malaysia. Namun, jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Sementara Bupati Aceh Besar, Bukhari Daud berpesan agar pengrajin bordir khas Aceh ini menjaga kualitas dan standarisasi produk.
Dikatakan, selama ini produk kerajinan Aceh tidak berkembang karena kurangnya promosi dan pengelolaan (manajemen), padahal, produk kerajinan khas Aceh punya prospek yang bagus dan mampu bersaing di pasar garmen. (mhd/irn)